Polalantai digunakan dalam tari piring ini ialah spiral, berbaris, lingkaran besar dan kecil, vertikal, dan horizontal. Dari jawaban diatas paling tidak ada 6 pola lantai yang digunakan pada tari piring. Pola lantai spiral memberikan kesan lembut. Kemudian masing - masing penari juga ditugaskan untuk membentuk lingkaran besar dan lingkaran
Dream- Pola lantai dalam tari sangat diperlukan untuk dapat menguasai berbagai jenis tarian. Pola lantai ini akan menjadi patokan bagi sang penari. Sehingga mendapatkan gerakan yang indah. Pola lantai sering digunakan dalam tari berkelompok. Yang berfungsi untuk menghindari adanya tabrakan antar penari dan mengetahui gerakan selanjutnya.
TariJaipong dari Jawa Barat Tarian ini menggunakan pola garis lurus. Lebih spesifiknya menggunakan pola horizontal (menyamping dari kanan ke kiri), pola vertikal (lurus dari depan ke belakang), serta diagonal (dari sudut kiri bawah ke kanan atas atau sebaliknya). 11. Tari Gending Sriwijaya dari Sumatra Selatan memiliki pola lantai diagonal.
20 Tari Tradisional Sumatera Selatan Lengkap Penjelasan + Gambar. Tari Tumatenden, Tarian Tradisional Dari Provinsi Sulawesi Utara. 4. Setting Panggung. Dilihat dari setting panggungnya, tari tanggai sekilas nampak seperti tari Gending Sriwijaya. Bedanya terletak hanya pada jumlah penarinya.
MacamMacam Pola Lantai Seni Tari. 1. Vertikal. Pola lantai vertikal memiliki pola lurus memanjang. Memiliki fungsi membentuk formasi lurus dari depan ke belakang atau sebaliknya. Pola ini dilakukan oleh penari lebih dari satu orang. Pola ini digunakan tarian klasik, karena pola lantai yang satu ini melambangkan antara ikatan manusia dengan
Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. Daftar isiMakna Tari Gending SriwijayaSejarah Tari Gending SriwijayaFungsi Tari Gending SriwijayaGerakan Tari Gending SriwijayaPola Lantai Tari Gending SriwijayaProperti Tari Gending SriwijayaMusik Iringan Tari Gending SriwijayaBusana dan Tata Rias Tari Gending SriwijayaKeunikan Tari Gending SriwijayaSejarah yang amat panjang telah menjadikan Palembang sebagai kota tertua di Indonesia. sejarah kebudayaannya pun tua sehingga terdapat banyak sekali kesenian-kesenian yang dimilikinya. Salah satunya adalah Tari Gending Sriwijaya yang lahir setelah Tari Gending Sriwijaya adalah tari tradisional dari Provinsi Sumatera Selatan. Tarian ini merupakan tari yang biasanya dipertunjukkan ketika acara penyambutan tamu. akan tetapi, hingga saat ini tari ini lebih banyak ditampilkan di berbagai acara seperti pernikahan, perhelatan budaya maupun acara gerakan yang ditampilkan pada Tari Gending Sriwijaya ini mempunyai makna tersendiri. Adapun beberapa makna dari gerakan Tari Gending Sriwijaya sebagai berikutGerakan sembah berdiri, bermakna bahwa masyarakat Sumatera Selatan terutama Palembang memiliki rasa ketaatan yang besar kepada Tuhan. Selain itu, gerakan ini juga bermakna sebagai sikap toleransi dengan disimbolkan oleh sembah jentikan ibu jari dan jari tengah, bermakna sebagai simbol kedisiplinan dan kerja keras yang dilakukan masyarakat sirih, bermakna sebagai simbol rendah hati masyarakat Palembang. Seiring dengan perkembangannya, terlihat dari batangnya yang menyimbolkan sikap loyalitas dan budi pekerti. Selain itu, kesabaran dan pantang menyerah untuk mencapai kesuksesan digambarkan melalui komponen kompleks, dapat disimpulkan bahwa Tari Gending Sriwijaya ini bermakna masyaakat Palembang yang mempunyai jiwa tawakkal, peduli, rendah hati, saling bekerjasama, mandiri, rukut serta saling bergotong Tari Gending Sriwijaya Berdasarkan informasi dari awal kemunculan dari Tari Gending Sriwijaya ini bermula dari permintaan pemerintahan Jepang yang berada di Karesidenan Palembang kepada Hodowan atau Jawatan Penerangan Jepang untuk menciptakan sebuah lagu dan tari yang dikhususkan untuk menyambut para tamu yang datang ke Sumatera akhir 1942, akhirnya permintaan tersebut mulai digagas namun sempat tertunda beberapa waktu akibat muncul berbagai persoalan politik baik itu di Jepang ataupun di Indonesia. Kemudian pada oktober 1943, gagasan tersebut ditindaklanjuti kembali. ketika itu, Letkol Shida memerintahkan kepada Nuntjik yang merupakan seorang wakil Hodohan di mana dikenal juga sebagai seorang sastrawan dan itu, mereka mengajak Achmad Dahlan Mahibat yakni komponis putra asal Palembang yang terampil dalam bermain biola dari kelompok seni Bangsawan Bintang Berlian. Setelah penggarapan lagu selesai, kemudian dilanjutkan dengan penulisan syair lagu Gending Sriwijaya oleh Ahmad Dahlan Mahibat dan disempurnakan oleh Nungtjik dan syair selesai diciptakan, kemudian tari untuk penyambutan tamu harus segera dibuat. Ketika itu ada seorang penari profesional yang dianggap ahli dalam bidang adat budaya Palembang yang bernama Miss Tina haji Gung bertugas mengurusi properti dan busana yang akan digunakan dalam pertunjukan Tari Gending Sriwijaya. Setelah itu, pada Mei 1945 Tari Gending Sriwijaya ini mulai dipentaskan di hadapan Kolonial Batsubara, Pemerintah Umum Kamis, 2 Agustus 1945, akhirnya Tari Gending Sriwijaya ini diresmikan untuk dipentaskan dalam menyambut pejabat-pejabat Jepang dari Bukit Tinggi yang bernama Moh. Syafei dan Djamaludin Adi Nugroho. Tempat penampilan perdananya berada di halaman Masjid Agung Tari Gending Sriwijaya Adapun fungsi dari Tari Gending Sriwijaya sebagai berikutSebagai tari-tarian untuk menyambut para tamu agung atau sebuah kesenian seperti festival upacara adat seperti acara pernikahan, perhelatan budaya dan hiburan bagi para tamu yang Tari Gending Sriwijaya Dalam Tari Gending Sriwijaya terdapat tiga macam gerak yang akan ditampilkan. Adapun tahapannya yaituGerakan awalSembah, penari bergerak dengan tangan menangkup, kedua kaki berjinjit dan posisi badan merendah dan dagu keset, penari menggeser kaki kanan ke penari menyilangkan tangannya dan diayunkan sampai membentuk terbang, posisi kedua tangan yang membentang diayunkan ke atas dan ke bawah sebanyak dua intiTutur sabda, penari menyilangkan tangannya dan diarahkan ke kanan kemudian ditarik ke bunga, tangan kiri berada di depan dada sementara tangan kanan bergerak seperti menaburkan tangan dikebarkan ke belakang diikuti dengan ukel ke depan kemudian posisi saling tumpeng jari-jari penari akan membentuk lambang Tri mahameru, tangan diarahkan ke samping badan kemudian digerakkan ke atas kepala dengan tangan kiri berada di depan benang, tangan menyilang dan diayunkan seperti mengulur penutupTolak bala, gerakan penolakan tangan kanan ngiting di atas telinga kanan sedangkan tangan kiri di depan penutup, tangan menyilang dan melakukan gerakan ulur benang. Kemudian tangan kanan bergerak kebar, ukel dan diikuti oleh gerakan Lantai Tari Gending Sriwijaya Pada Tari Gending Sriwijaya pola lantai yang digunakan adalah kombinasi antara pola lantai lurus yang kemudian berkembang menjadi pola lantai garis V. Ketika penari masuk untuk pertunjukan akan membentuk sebuah formasi garis lurus. Selanjutnya para penari bergerak membentuk pola lantai huruf Tari Gending Sriwijaya Tari Gending Sriwijaya memiliki properti yang terbilang cukup sederhana. Adapaun properti yang digunakan dalam tarian ini yaituTepak yang berisi kapur, sirih dan kebesaran yang berfungsi untuk memayungi penari utama ketika ingin menghantarkan tepat yang diberikan kepada para tamu yang sudah yang berfungsi untuk mengawal para penari selama mereka menampilkan seni Tari Gending Sriwijaya sebagai Iringan Tari Gending Sriwijaya Musik yang mengiringi Tari Gending Sriwijaya merupakan musik yang keluar dari hasil perpaduan antara alat musik gamelan. Musik gending itu dilengkapi dengan vokal di mana pada umumnya menggambarkan sebuah kegembiraan dan ucapan syukur atas kesejahteraan. Meskipun demikian, akhir-akhir ini Tari Gending Sriwijaya tidak lagi memakai alat musik secara langsung melainkan menggunakan tape recorder/rekaman dari musik yang telah musik, diiringi pula dengan lagu Gending Sriwijaya. Lagu ini bermakna tentang kerinduan seseorang pada zaman Kerajaan Sriwijaya yang dahulunya pernah menjadi pusat pemerintahan agama Buddha di dan Tata Rias Tari Gending SriwijayaSecara umum, busana yang dikenakan oleh penari Tari Gending Sriwijaya adalah busana Aesan Gede. Namun hal itu dapat disesuaikan dengan tari yang akan ditampilkan. Perlengkapan yang ada pada busana Tari Gending Sriwijaya berupa selendang mantra yang dilingkarkan pada pinggang dan gelang paksangkok yang terbuat dari bahan baku emas atau Tari Gending Sriwijaya Setiap tari tradisional di Indonesia tentunya mempunyai keunikannya tersendiri. Begitupun dengan Tari Gending Sriwijaya. Adapun keunikan pada Tari Gending Sriwijaya yaituTerdapat jentikan tangan menggunakan ibu jari dan jari utama yang terletak pada lagu pengiring di mana merupakan lagu “Gending Sriwijaya” khas Palembang, Sumatera Selatan, yang merupakan ciptaan dari A. Dahlan dan Nungtjik tim yang kompak dengan pola lantai dan jumlah penari sebanyak 9 Gending Sriwijaya adalah salah satu dari banyaknya kesenian yang ada di Palembang. Tarian ini memang sangat erat dengan Kerajaan Sriwijaya yang kala itu menjadikan Palembang sebagai pusat kerajaannya. Oleh karena itu, tidak heran jika Tari Gending Sriwijaya saat itu memang sangat disakralkan dan hanya ditampilkan untuk penyambutan tamu agung saja.
Macam-macam pola lantai dalam seni tari menjadi salah satu hal yang harus dikuasai penari dalan mementaskan sebuah tarian. Macam-macam pola lantai inilah yang menjadi patokan atau tolak ukur dalam menari. Macam-macam pola lantai dalam seni tari akan menjadikan tarian menjadi lebih indah, memukau, dan menarik untuk ditonton. Khususnya pada tari yang dilakukan secara berkelompok. Macam-macam pola lantai terbagi menjadi beberapa jenis, cermati uraian berikut ini Macam-Macam Pola Lantai Tari beserta Gambar dan ContohnyaGambar Via senipediaPengertian Pola Lantai Pola Lantai dalam seni tari yaitu berupa garis di lantai yang akan dilalui penari saat melakukan gerak tari berupa perpindahan dari satu tempat ke tempat yang lainnya. Pola juga disebut sebagai garis imajiner ini memang sengaja dibuat untuk formasi penari dalam kelompok. Pola atau garis tersebut dapat digambarkan dengan melihat formasi para penari saat memperagakan tarian. Macam-macam pola lantai tari dapat dilakukan dalam tarian tunggal, tarian berpasangan atau berkelompok. Meskipun, sebagian besar pola tari digunakan dalam tarian kelompok. Namun, tidak menutup kemungkinan bahwa tarian tunggal pun menggunakannya. Fungsi Pola Lantai dalam Seni Tari Pola lantai dalam seni tari memiliki fungsi untuk menata setiap gerakan tarian, membentuk komposisi saat pementasan tarian dan untuk menciptakan kekompakan antar penari satu dengan yang lainnya. Dengan adanya pola lantai ini, tarian yang dipentaskan akan menjadi lebih indah dan menarik untuk disaksikan. Tujuan Pola Lantai dalam Seni Tari Tujuan menguasai pola lantai yaitu memudahkan penari untuk melakukan perpindahan gerak, dari satu tempat ke tempat lainnya. Dengan demikian, setiap penari akan mengetahui area mana yang akan dilaluinya tanpa harus khawatir mengganggu penari lain atau bahkan bertabrakan penari Pola Lantai dalam Seni Tari Gambar Via sanjayaopsPada dasarnya, pola lantai dalam seni tari terbagi menjadi dua, yaitu garis lurus dan melengkung. Kemudian, garis lurus terbagi lagi menjadi tiga jenis, yaitu vertikal, horizontal dan diagonal. Namun, seiring perkembangan zaman, macam-macam pola lantai juga mengalami pengembangan. Misalnya saja pada pola lantai garis lurus yang mengalami perkembangan berupa penambahan pola lantai lain, yaitu segitiga, segi empat, segi lima, dan zig-zag. Sedangkan untuk pola lantai melengkung juga mengalami penambahan bentuk, misalnya seperti lengkung ke depan, melengkung ke belakang, lingkaran, dan angka delapan. Untuk lebih jelasnya, cermati ulasan berikut ini 1. Pola Lantai Lurus VertikalSeperti namanya, pola lantai lurus vertikal yaitu pola lantai yang lurus dan memanjang. Para penari yang jumlahnya lebih dari satu orang akan membentuk susunan atau formasi lurus, baik dilihat dari depan ke belakang maupun umumnya, pola lantai lurus vertikal ini digunakan dalam tari klasik karena pola lurus ini akan memberikan kesan yang sederhana, namun tetap kuat. Beberapa contoh tarian daerah yang menggunakan pola lantai jenis ini yaitu Tari yospan dari PapuaTari serimpi dari tarian Jawa TengahTari baris cengkedan dari BaliTari pasambahan dari Sumatera Pola Lantai HorizontalPada dasarnya, pola lantai horizontal ini hampir sama seperti pola lantai lurus vertikal, yaitu berupa pola lantai bergaris lurus. Namun, pada pola lantai horizontal, bentuk barisannya yaitu dari kiri ke kanan maupun sebaliknya dari kanan ke beberapa penafsiran mengenai makna dari pola lantai horizontal ini. Salah satunya menyebutkan bahwa pola horizontal melambangkan ikatan antara manusia satu dengan manusia yang lainnya, yaitu sebagai makhluk sosial. Dimana setiap manusia pasti akan membutuhkan bantuan dari manusia Juga 15 Merk Kemeja Pria Branded dan Terbaik untuk Tampil BerkelasBeberapa contoh tarian yang menggunakan pola lantai horizontal yaitu tari Saman dari Aceh dan tari Indang dari Sumatera Pola Lantai DiagonalPola lantai diagonal yaitu pola lantai yang membentuk garis menyudut ke kiri atau ke kanan. Pola lantai ini akan memberikan kesan yang dinamis namun tetap kokoh untuk para penontonnya. Beberapa contoh tarian daerah yang menggunakan pola lantai diagonal yaitu Tari pendet dari BaliTari gending Sriwijaya dari Sumatera SelatanTari sekapur sirih dari Pola Garis MelengkungSama seperti namanya, pola garis melengkung akan membentuk lengkungan-lengkungan dalam pola lantainya. Pola lantai garis melengkungkan ini terdiri dari tiga macam yaitu garis huruf U, pola lingkaran, lengkung ular, dan angka mengenai pola lantai ini yaitu akan memberikan kesan yang lembut tetapi lemah. Umumnya, pola ini banyak digunakan dalam tarian tradisional dan tarian rakyat. Contoh tariannya yaitu Tari piring dari Sumatera BaratTari randai dari Sumatera BaratTari mabadong Toraja dari Sulawesi UtaraPentingnya Memahami Pola Lantai Pada Tari Dengan memahami pola lantai dalam menari akan membantu penari dalam melakukan gerakan tarian. Penari juga diharapkan mampu untuk mengatur jarak dengan penari lainnya, sehingga mencegah bertabrakan maupun kesalahan lainnya. Selain hal di atas, terdapat beberapa keuntungan dari memahami pola lantai. Diantaranya yaitu 1. Menjaga setiap penari agar tidak bertabrakanMemahami pola lantai dengan baik akan terhindar dari kesalahan dalam menari, seperti bersinggungan atau bahkan bertabrakan antar penari. Dengan pola lantai inilah, setiap penari akan memiliki garis yang akan dilaluinya masing-masing. Sehingga tidak akan mungkin seorang penari merebut garis penari lain yang akan menyebabkan terjadi tabrakan antar tarian pasti memiliki gerakan yang banyak. Misalnya saja pada tari tradisional, jika tidak menggunakan pola lantai maka akan bisa menyebabkan benturan antar Membantu Penari dalam menentukan gerakan selanjutnyaSaat penari berpindah dari area satu ke area lainnya, maka geraka tangan, kaki, dan anggota badan pun akan berbeda juga. Oleh karena itu, dengan adanya pola lantai ini, penari akan terbantu dalam menentukan gerakan seperti apa yang akan dilakukan Penari lebih energikPemahaman dan pengaplikasian pola lantai dalam pementasan tari akan membuat penari terkesan lebih menarik dan energik. Coba saja bayangkan, jika pementasan tarian tanpa pola lantai? Pasti akan berantakan. Namun, dengan adanya pola lantai inilah yang akan memberikan kesan yang lebih teratur, enak dipandang, dan Juga Apa saja alat sablon? Inilah Alat Dan Cara Sablon Kaos Manual4. Menciptakan kekompakanPemahaman pola lantai yang baik antar penari akan menciptakan kekompakan saat mementaskan tarian. Karena setiap penari akan terlihat bergerak secara leluasa dan kompak tanpa adanya komunikasi secara verbal. Semua gerakan dalam tari telah diatur melalui pola lantai yang diciptakan oleh Ciri Khas Suatu TarianDengan adanya pola lantai akan memberikan suatu karakteristik atau ciri khas dari sebuah tarian. Dengan demikian, penonton akan lebih mudah dalam mengetahui ciri khas tarian melalui pola lantai yang Tarian Yang Menggunakan Pola 1. Pola Lantai Tari Bedhaya SemangTari yang berasal dari Jogjakarta ini tergolong dalam jenis tari klasik. Tari Bedhaya Semang memiliki pola lantai dengan makna-makna tertentu. Contoh dari pla lantai yang digunakan dalam tarian ini yaitu gawang perang, gawang jejer wayang, gawang kalajengking, dan gawang Tari Bedhaya Semang, salah satu pola lantai yang paling banyak dikenal yaitu rakit lajur. Makna dari pola lantai ini yaitu menggambarkan tentang lima unsur yang terdapat dalam diri manusia, yaitu rasa, cahaya, sukma, nafsu dan Pola Lantai Tari Jaran KepangTak hanya tari Bedhaya Semang, tari Jaran Kepang juga berasal dari Jogjakarta. Jika dilihat dari koreografinya, tarian ini termasuk ke dalam tarian rakyat yang memiliki pola lantai gabungan antara unsur lurus dan lengkung. Pola lantai yang digunakan dalam tari Jaran Kepang diantaranya yaitu pola melingkar, garis horizontal, dan garis lurus ke Pola Lantai Tari KecakTarian yang berasal dari Bali ini dimainkan oleh puluhan laki-laki yang duduk berbaris secara melingkar. Kemudian mereka akan menyerukan kata Cak dengan irama tertentu sambil mengangkat tangan ke atas dan digerakkan secara serempak. Dalam filosofinya, selain mengandung unsur agama, lambaian yang serempak ini memiliki makna kerukunan dan kebersamaan dalam Juga 13+ Jenis-Jenis Patung berdasarkan Fungsi, Bentuk + ContohnyaDengan melihat posisi penari yang duduk melingkar, maka dapat disimpulkan bahwa tarian ini menggunakan pola lantai garis melengkung yang membentuk garis Pola Lantai Tari PendetTarian dari Bali ini lahir saat ada ritual sakral Odalan di pura dengan cara memendet. Saat pendeta Hindu membacakan mantra, maka mereka akan memendet. Pola lantai dalam tari pendet berupa huruf V, pola lantai lurus dan menghadap ke kanan atau ke kiri. Pola lantai tersebut lebih sederhada daripada tarian pendet Pola Lantai Tari SamanTari Saman ini berasal dari Suku Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam. Pola lantai yang digunakan dalam Tari Saman yaitu pola haorizontal berupa garis lurus mendatar ke samping. Filosofi pola ini yaitu sebagai lambing hubungan antara sesame manusia sebagai makhluk sosial yang saling membutuhkan satu sama Pola Lantai Tari IndangTarian ini berasal dari Minangkabau, Sumatra Barat. Tari Indang dipentaskan secara berkelompok sehingga membutuhkan panggung yang cukup luas. Pola yang dipakai dalam tarian Indang yaitu pola garis horizontal, dimana penari akan membentuk garis lurus ke samping. Pola tari indang ini didasarkan pada nilai-nilai persatuan7. Pola lantai Tari Seudati Tari yang berasal dari Aceh ini biasanya ditarikan oleh sekelompok pria dengan diiringi lantunan syair dan hentakan para penari. Pola lantai yang digunakan pada tari Seudati yaitu berupa pola lurus, pola segitiga, pola segi empat, pola segi empat silang, pola zig-zag, pola berbentuk huruf U, dan pola berbentuk huruf Pola Lantai Tari Sekapur SirihTari Sekapur Sirih ini berasal dari Jambi. Tarian ini digunakan untuk menyambut tamu-tamu kebesaran di Propinsi Jambi. Tari Sekapur Sirih ini ditarikan oleh, dan 3 penari laki-laki, 9 penari perempuan, 1 pembawa paying, dan 2 pengawal. Pola lantai yang digunakan dalam tari Sekapur Sirih ini membentuk huruf V diagonal atau berbentuk segitiga yang merupakan hasil pengembangan dari pola lantai garis Pola Lantai Tari PiringTari yang melibatkan atraksi piring ini berasal dari daerah Minangkabau, Sumatra Barat. Para penari akan menari dengan mengayunkan piring yang mengikuti gerakan yang cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tanganPola lantai yang digunakan dalam tari piring yaitu berbaris, horizontal, vertical, lingkaran besar dan kecil, spiral, serta penempatan level bawah, level sedang, dan level atas yang disertai dengan pembagian beberapa Pola Lantai Tari AndunTari Andun yang berasal dari Bengkulu ini dipentaskan pada acara perkawinan. Sehingga para penarinya kebanyakan adalah para bujangan dan gadis-gadis yang secara berpasangan akan menari dengan iringan musik lantai yang digunakan dalam tari Andun yaitu melingkar yang merupakan hasil pengembangan dari pola lantai dasar melengkung. Para penari akan membentuk lingkaran dengan makna agar orang yang ada di dalam lingkaran penari akan saling Pola Lantai Tari TandakTari yang berasal dari Riau dan Kepulauan Riau ini tergolong tari pergaulan yang dimainkan oleh pria dan wanita. Mereka akan menggunakan busana tradisional melayu dan diiringi alunan khas dan syair pantun yang saling berbalas dalam tahu perkembangan seputar lifesryle, kunjungi lantai yang digunakan dalam tari Tandak yaitu berupa percampuran antara lurus, lingkaran, dan zig-zag. Tari ini diawali dengan peserta yang saling berhadapan membentuk sebuah lingkaran, kemudian saling melangkahkan kaki dan menghentakkan kaki ke tanah atau Pola Lantai Tari Tambun dan BungaiTarian ini berasal dari Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Dalam tarian Tambun dan Bungai berisi jiwa kepahlawanan dari dua orang tokoh yang bernama Tambun dan Bungai dalam mengusir musuh yang akan merebut hasil bumi rakyat. Pola lantai yang digunakan dalam tari Tambun dan Bungai yaitu berupa percampuran antara garis lurus horizontal dan zig macam-macam pola lantai beserta penjelasan dan contohnyaSemoga ulasan di atas mengenai macam-macam pola lantai dapat bermanfaat bagi sobat yang sedang memelajari pola lantai dalam seni tari. Dapat disimpulkan bahwa pola lantai memegang peran yang penting dalam mementaskan sebuah tarian. Sekian dan terima kasih atas kunjungannya.
Adahobi, Tari gending sriwijaya – tari gending sriwijaya menjadi tarian peyambutan untuk tamu-tamu istimewa yang berkunjung. Tari gending sriwijaya yang berasal dari Palembang ini memiliki makna yang cukup dalam. Kali ini kita akan sama-sama membahas tentang tari gending sriwijaya secara lebih mendalam lagi. Dimulai dari sejarah adanya tari gending sriwijaya, makna yang terkandung didalamnya dan banyak hal lainnya. Sejarah Tari Gending Sriwijaya Tari gending sriwijaya ini berasal dari Palembang tepatnya dari sebuah Kerajaan Sriwijaya yang dimana sudah ada sejah zaman dahulu kala. Sebelum adanya tari gending sriwijaya ini dahulu ada yang namanya tarian Tanggai yang memiliki sifat sakral dan suci. Dimana tarian ini ditampilkan untuk sebuah persembahan dan juga penyambutan pada masa Kerajaan Sriwijaya. Saat penjajahan Belanda di Indonesia, ada peraturan yang menetapkan bahwa perempuan dilarang menari. Tari Tanggai ini yang semula diisi oleh para penari wanita diubah menjadi tarian yang para penarinya adalah pria. Saat penjajahan Jepang di Indonesia ada peraturan baru lagi yang muncul dimana tari Tanggai ini tidak boleh ditampikan. Setelah larangan ini, Penjajah Jepang meminta kepada masyarakat Palembang untuk membuat tarian baru dengan iringan musik sebagai tarian penyambutan di Palembang. Di tahun 1943, Tina Haji Gong berserta Sukinah A. Rozak mulai meracik dan terciptalah tari gending sriwijaya ini. Kosep tari gending sriwijaya ini terbentuk dari gabungan unsur tari adat yang sudah ada sebelumnya di Palembang. Gerakan gerakan yang digunakan pada tari gending sriwijaya ini menggunakan unsur gerakan Buddhisme dan gerakan tapa Budda. Dimana pada saat itu Kerajaan Sriwijaya masih mempercarai agama Budda. Selain itu ada juga unsur dari adat Batanghari Sembilan yang diambil dari Sembilan sungai di Sumatera Selatan. Batanghari sembilan ini ditampilkan dengan jumlah para penari yang juga sembilan. Iringan musik tradisional tari gending sriwijaya ini diracik oleh A. Dahlan Muhibat dan Nungcik AR sebagai pencipanya syair lagu tari gending sriwijaya. Lagu dan tari gending sriwijaya ini selesai pada tahun 1994. Dan pertama kali ditampilkan pada acara penyambutan kedatangan para pejabat pemerintah di halaman Masjid Agung Palembang pada tanggal 2 agustus tahun 1945. Filosofi dan Makna Tari Gending Sriwijaya Tari gending sriwijaya memiliki fungsi sebagai tari penyambutan para tamu sekaligus sebagai tari kesenian. Adapun makna tari gending sriwijaya terdapat pada setiap gerakan tariannya dan juga terdapat filosofi yang bisa kita bahas. Berikut adalah beberapa hal yang perlu kita bahas. 1. Gerakan Sembah Berdiri Salah satu gerakan yang paling mencolok adalah gerakan sembah berdiri. Para penari melakukan gerakan ini memilki makna bahwasannya masyarakat Sumatera Selatan khususnya daerah Palembang memilki rasa ketaatan yang besar keapda Tuhan. Selain itu makna lainnya adalah sikap toleransi yang bisa disimbolkan oleh gerakan sembah berdiri. Itulah makna pertama dari tari gending sriwijaya. 2. Jentikan Ibu Jari dan Jari Tengah Gerakan tari gending sriwijaya selanjutnya adalah gerakan dengan ibu jari dan jari tengah. Dimana gerakan ini disebut dengan gerakan jentikan ibu jari dan jari tengah yang dilakukan seirama dengan musik tradisional yang mendampingi. Makna dari gerakan tari gending sriwijaya jentikan ibu jari dan jari tengah adalah sebagai perlambangan kedisplinan dan kerja kerjas masyarakat Palembang Sumatera Selatan. Tantu hal ini menjadi gerakan positif dalam tari gending sriwijaya. 3. Makna Sekapur Sirih Daun sirih termasuk kedalam properti yang nantinya akan digunakan dalam tari gending sriwijaya dimana bermakna akan kerendahan hati. Hal ini bisa kita lihat dengan bagaimana tanaman sekapur sirih ini berkembang. Dimana pertumbuhannya tidak merusak lingkungannya, makna lain dari sekapur sirih adalah dari batangnya yang dimana melambangkan tetang loyalitas dan budi pekerti yang bisa dilihat dari penggunaan batang pinang yang lurus. Sedangkan kesabaran dan sikap pantang menyerah demi mencapai kesuksesan digambarkan oleh komponen gambir, yang sebelumnya diproses dahulu sebelum kemudian digunakan menginang bersama sirih. Secara kompleks tari gending sriwijaya ini memiliki makna bahwa sifat masyarakat Palembang Sumatera Selatan memiliki jiwa tawakal, peduli, rendah hati, saling bekerja sama, mandiri, rukun dan kuat gotong royong. Gerakan Pola Lantai Tari Gending Sriwijaya Gerakan pola lantai tari gending sriwijaya menggunakan kombinasi pada pola lantai lurus dan berkembang menjadi pola lantai garis seperti V. Pada awal masuk untuk pertunjukan para penari membentuk formasi garis lurus. Gerakan selanjutnya adalah bergerak dengan pola lantai untuk membentuk pola huruf V. Penari gending sriwijaya utamanya berada pada posisi paling depan. Terdapat interaksi dengan penonton saat menghaturkan tepak dan peridon yang disatukan pada gerakan tari gending sriwijaya. Biasanya dalam pagelaran tari tersebut akan ada musik yang mengiringi tari gending sriwijaya yaitu perpaduan alat musik gamelan dan suara vokal yang akan menggambarkan kegembiraan serta ungkapan rasa syukur atas kesejahteraan yang diberikan. gambar Pada umumnya penari tari gending sriwijaya menggunakan kostum Asean Gede. Tapi juga bisa menyesuaikan pentampilan pakaiannya tergantung dimana tari gending sriwijaya akan ditampilkan. Perlengkapan pada busana tari gending sriwijaya terdapat, selendang mantri yang dilingkarkan pada pinggang dan juga gelang paksangkong yang berbahan baku emas atau kuningan. Lalu properti tari yang digunakan sebagai berikut. Tari gending sriwijaya menggunakan properti seperti tepak berisikan kapur, sirih dan pinang. Lalu ada juga peridon kuningan. Payung kebesaran yang digunakan untuk memayungi penari utama waktu menghantarkan tepak yang diberikan kepada tamu yang disambut. Ada juga tombak yang digunakan untuk mengawal penari selama mereka menampilkan seni tari gending sriwijaya sebagai penjagaan. Keunikan Tari Gending Sriwijaya gambar Salah satu yang akan kita bahas disini adalah mengenai keunikan tari gending sriwijaya. Tentunya setiap tarian tradisional di Indonesia memiliki keunikan tersendiri, seperti tari kipas misalnya. Pada tari gending sriwijaya keunikan yang terletak pada jentikan tangan menggunakan ibu jari dan jari tengah. Adapun ciri utama dari tari gending sriwijaya ini sebenarnya terletak pada lagu pengiring berupa lagu gending sriwijaya khas Palembang Sumatera Selatanyang diciptakan oleh Nungcik AR. Kekompakan tim dengan pola lantai yang jumlah penari terdiri dari 9 orang wanita juga memiliki keunikan tersendiri. Itulah beberapa hal yang kita bahas tentang tari gending sriwijaya semoga bisa menjadi tambahan ilmu pengetahun kita tentang tari tradisional di Indonesia ya. Jangan malu dan ragu juga untuk kamu mengikuti tes tari gending sriwijaya. Karena hal ini menjadi hal positif dan kebudayaan yang tidak boleh hilang oleh budaya yang banyak masuk ke Indonesia saat ini. Tetap mempertahankan budaya seni tradisional atau bahkan membuatnya dikenal di dunia dan menjadikan Indonesia lebih dikenal di luar sana.
Tari Gending Sriwijaya –Sebagai negara yang kaya akan keberagaman, Indonesia menyimpan beragam kebudayaan yang sangat menarik dan legendaris, salah satunya tari Gending Sriwijaya. Tarian dari Sumatera Selatan ini bertema kolosal, dengan nuansa kolosal yang sakral dan membuat penontonnya merasa takjub. Kebudayaan ini terus dilestarikan dan dipelajari berbagai kalangan, termasuk anak-anak sekolah. Asal Tari Gending Sriwijaya Gending Sriwijaya merupakan tarian khas dari provinsi Sumatera Selatan, tepatnya kota Palembang. Apabila diartikan secara harfiah, kata Gending Sriwijaya bermakna “Irama Kerajaan Sriwijaya”. Sesuai dengan nama tersebut, tarian ini memang dikenal sebagai peninggalan dari zaman Kerajaan Sriwijaya. Awalnya, tarian ini dimaksudkan untuk menyambut para tamu penting yang bertandang ke kerajaan. Tarian ini ditarikan sembilan penari yang kesemuanya perempuan. Hal ini berasal dari representasi sungai di Sumatera Selatan yang juga berjumlah sembilan. Penari yang membawakan Gending Sriwijaya dikawal dua laki-laki, yang dilengkapi payung serta tombak di tangannya. Tepak dengan isi sekapur sirih nantinya diberikan ke tamu yang dianggap paling spesial sebagai lambang penghormatan. Baca Juga Tari Giring Giring Sejarah Tari Gending Sriwijaya Kemunculan tarian ini bermula dari permintaan Jepang yang ketika itu berada id Karesidenan Palembang. Dalam perintah ini, masyarakat diminta untuk membuat lagu serta tarian dalam rangka menyambut para tamu yang datang menuju Sumatera Selatan untuk acara resmi. Permintaan tersebut diberikan dari akhir 1943 sampai 1943, sempat mengalami penundaan karena persoalan politik Jepang dan Indonesia. Sesudah penundaan tersebut, gagasan ini kembali ditindaklanjuti di Oktober 1943. Saat itu sastrawan Nungtjik diberi mandat oleh Letkol OM Shida. Nungtjik kemudian mengajak Ahmad Dahlan, seniman Palembang yang ahli memainkan biola untuk bersama membuat lagunya. Penulisan syair setelah lagunya selesai dilakukan A. Dahlan Mahibat kemudian disempurnakan kembali. Sesudah penciptaan lagu selesai, tari penyambutan mulai dibuat dengan bahan tari adat dari Palembang yang telah ada sebelumnya. Adalah Miss Tina, ahli budaya dari Palembang yang merupakan penari profesional ditugaskan mengurus properti serta busananya. Sedangkan untuk menyusun gerakan tari, Sukainah Rozak bersama RM Akib bekerjasama dalam merancangnya. Setelah itulah latihan mulai dilakukan di gedung bernama Bioskop Saga. Selanjutnya pada Mei 1945, Gending Sriwijaya pertama kali ditampilkan di hadapan Kepala Pemerintahan dari Jepang yakni Kolonel Matsubara. Tariannya dibawakan oleh beberapa nyonya pejabat, bersama dengan anggota dari kelompok Bangsawan Bintang Berlian. Barulah pada 2 Agustus tahun 1945, tarian ini resmi dibawakan untuk menyambut para pejabat Jepang di Masjid Agung Palembang. Sesudah kemerdekaan RI, Gending Sriwijaya secara resmi ditetapkan sebagai tarian penyambutan tamu pemerintahan yang mengunjungi Sumatera Selatan. Properti Tari Gending Sriwijaya Pada umumnya, setiap tarian memiliki properti yang menunjang kebutuhan penari serta mendukung penampilan secara keseluruhan. Berikut beberapa properti yang umum digunakan dalam tarian Gending Sriwijaya Aesan gede. Kostum yang dipakai penari utama. Warnanya merah sehingga lebih menarik perhatian, dengan corak khas Sumatera Selatan. Teluk belanga. Kostum yang dipakai para penari laki-laki, berupa baju panjang serta celana panjang dengan tambahan kain atau sarung songket. Aesan pak sakong. Dipakai penari pendamping perempuan, berbahan beludru seperti baju kurung. Tidak ditambahkan kemben songket, dengan desain mahkota yang lebih sederhana. Kemben yang berupa perpaduan budaya Jawa, berbentuk persegi panjang dan melilit dada sampai pinggang. Menyerupai ikat pinggang dari bahan kuningan, dilengkapi ukuran motif hewan serta tumbuhan. Dipakai penari dengan mengikatnya di pinggang lalu dikaitkan di pending. Bahannya terbuat dari kain jenis songket asal Palembang. Berfungsi menutupi dada, berbahan kain beludru bermotif manik-manik atau payet dengan warna yang beragam terutama keemasan. Hiasan untuk kepala dari kuningan, logam, atau perak. Dilengkapi ornamen berbentuk burung garuda di tengahnya, hanya dipakai penari utama. Kalung, gelang, dan tanggai. Sanggul Malang. Tatanan rambut para penari perempuan yang berupa sanggul, dilengkapi aksesoris berwarna emas dan tambahan cempako berbentuk bunga dan beringin. Sewet songket. Bawahan penari yang bermotif lepus motif penuh benang emas. Kain songket yang dikhususkan bagi penari laki-laki. Wadah dengan tutup bentuk persegi dari bahan utama kayu. Bagian luarnya dihias dengan ukiran bercorak Palembang. Di dalamnya ada kapur, gambir, sirih. Tombak dan payung. Biasa dibawa penari laki-laki ketika mengawal penari utamanya ketika membawakan sekapur sirih untuk tamu. Alat musik. Berupa gamelan lengkap, saat ini ditambah juga dengan bas, biola, hingga accordion. Baca Juga Tari Golek Menak Pola Lantai Tari Gending Sriwijaya Setiap tarian dibekali dengan pola lantai yang dapat mengarahkan penari dalam memposisikan gerakannya. Pola lantai juga mengandung makna tertentu. Untuk Gending Sriwijaya, ada dua pola lantai utama yang digunakan, yakni Pola yang berbentuk lurus ini mengarahkan penari untuk berdiri berjejer hingga terbentuk garis horizontal. Makna dari pola lantai ini adalah hubungan di antara manusia dengan sesamanya, yang sebenarnya sejajar dan saling menghargai. Pola yang digunakan ketika pelari mulai melakukan gerakannya adalah lengkung, yang membentuk huruf V. Ini merupakan pola yang melambangkan kebersamaan dan kekompakan penduduk. Baca Juga Tari Gong Gerakan Tari Gending Sriwijaya Keanekaragaman gerak dalam tarian Gending Sriwijaya memiliki filosofi yang ditampilkan kepada penonton untuk memberikan nilai-nilai kehidupan manusia dengan Tuhan, serta menceritakan kejayaan Sriwijaya. Gerakannya terbagi menjadi tiga bagian, yakni seperti berikut 1. Gerak Awal Bagian yang pertama adalah permulaan, yang berfungsi membuka pertunjukan tari. Gerakan ini dibawakan pada permulaan tari Gending Sriwijaya. Bagian ini memuat sebanyak empat gerakan, yakni seperti berikut Dilakukan melalui dua jenis gerakan yaitu sembah biasa serta sembah sambil berdiri. Jalan keset. Penari menggeser kaki kanannya ngeset menuju arah depan lalu menyerong sedikit ke arah kanan. Kaki kirinya berjinjit, tangan dalam posisi seperti gerakan sembah. Tangan disilangkan kemudian diayunkan hingga terbentuk pola seperti lingkaran. Elang terbang. Kedua tangan penari diayunkan ke atas lalu bawah sampai dua kali. 2. Gerak Pokok Memuat gerakan inti yang menjadi fokus utama dalam tari Gending Sriwijaya. Jika gerakan awal masih cukup sederhana, bagian pokok ini lebih kompleks. Terdapat beberapa gerakan yang termasuk dalam bagian ini, yaitu Elang terbang. Gerakan ini juga muncul pada bagian pokok, dimana penari menambahkan gerak tertentu yang belum ada di elang sebelumnya. Elang terbang melambangkan sikap yang kuat serta teguh pendiriannya. Tutur sabda. Tangan dalam posisi menyilang, kemudian diubah ke gerak kembar arah kanan, kemudian ukel, lalu ditarik menuju arah depan badan. Gerakan yang mengajak penonton agar menjunjung kebenaran sambil terus berbuat baik. Tabur bunga. Tangan menyilang, diikuti dengan gerak di tangan kanan seolah menaburkan bunga dengan tangan kiri di depan dada. Tangan yang tadinya menyilang diarahkan ke belakang, dilanjutkan gerak ukel, tumpang tali, kemudian menjentik dan menaikkan tangan lagi ke atas. Jari tangan membentuk sebuah lambang yakni Tri Murti. Maknanya adalah berserah kepada Tuhan. Ulur benang. Tangan menyilang, lalu berayun seolah mengulurkan benang. Siguntang mahameru. Tangan diarahkan ke samping tubuh, lalu tangan kanan di atas kepala sambil tangan kiri diletakkan di depan dada. 3. Gerak Akhir Setelah menyelesaikan gerakan pokok, penari akan mendinginkan kembali suasana dengan gerakan yang syahdu dan penuh hormat. Dalam bagian akhir dari tarian, penari akan melakukan beberapa gerakan seperti di bawah ini Tolak bala. Gerakan yang dimaksudkan sebagai penolakan akan hal-hal yang berdampak negatif terhadap hidup manusia. Tangan yang tadinya menyilang diarahkan ke posisi tangan kanan yang ngiting, diletakkan di atas telinga kanan. Tangan kiri tetap di depan dada. Sembah penutup. Tangan melakukan gerak menyilang, disertai ulur benang sambil duduk. Tangan kanan lalu melakukan kebar, ukel, kemudian ditutup dengan sembah. Keunikan Tari Gending Sriwijaya Tarian Gending Sriwijaya memiliki keunikan dari banyaknya makna yang terkandung di dalamnya, Misalnya saat penari banyak melakukan jentikan pada ibu jari serta jari tengahnya setelah gerak melepas yang sesuai ketukan. Hal ini mengandung filosofi bahwa masyarakat Palembang secara umum merupakan individu yang disiplin, kuat, dan pekerja keras. Filosofi lain yang terkandung dalam tari Gending Sriwijaya adalah ketaatan terhadap Tuhan, terlihat dari beberapa gerakan seperti sembah, sikap hormat serta toleransi untuk sesama melalui gerakan sembah berdiri. Tidak hanya melalui gerakannya, sekapur sirih yang diberikan pada penonton tertentu rupanya juga mengandung arti mendalam. Ini menggambarkan sikap yang rendah hati dan tidak akan merugikan pihak yang lain. Berikutnya pada pinang yang batangnya lurus dan tidak ada rantingnya menunjukkan loyalitas tinggi serta budi pekerti dari warga Sumatera Selatan. Gambir yang digunakan perlu diolah sehingga dapat dipakai menginang dengan sirih, hal ini melambangkan bahwa manusia perlu sabar diiringi dengan sikap pantang menyerah agar bisa meraih kesuksesannya. Berdasarkan berbagai makna yang terkandung, dapat ditarik kesimpulan bahwa tarian ini menunjukkan karakter sabar, peduli, ramah, setia, kuat, dan kerjasama. Fungsi Tari Gending Sriwijaya Gending Sriwijaya memiliki berbagai fungsi yang memberikan manfaat baik bagi pelaku maupun penontonnya. Berikut ini beberapa fungsi dari tarian Gending Sriwijaya 1. Fungsi Moral dan Edukasi Fungsi utama dari tarian ini adalah mengenalkan masyarakat akan nilai-nilai moral yang bermakna untuk kehidupannya. Pesan-pesan yang diberikan juga menggambarkan seperti apa hubungan manusia dengan sang pencipta, sembari mengulang kisah mengenai Kerajaan Sriwijaya di masa kejayaannya. 2. Fungsi Hiburan Seni tari memiliki fungsi yang lekat dengan unsur hiburan, karena memberikan penampilan gerak yang berpadu dengan iringan musik atau nyanyian. Penonton berkesempatan menyaksikan keindahan tari Gending Sriwijaya yang sarat makna dan ditampilkan dengan ekspresif. Menyaksikan pertunjukan seni dapat menjadi pelampiasan emosi yang sehat dan menghadirkan suasana positif. 3. Fungsi Sosial Interaksi sosial tergambar dalam beberapa gerakan seperti menaburkan bunga dan memberi salam sembah. Selain itu, menampilkan tarian ini di berbagai festival atau acara lainnya dapat mempertemukan orang-orang dengan kebudayaan berbeda. Dengan demikian, dapat terjadi dialog yang menambah luas wawasan bahkan mengenalkan sektor pariwisata Palembang di kancah nasional. Penutup Artikel Tari Gending Sriwijaya Itulah ulasan mengenai tari Gending Sriwijaya, peninggalan bersejarah dari zaman penjajahan yang kemudian diresmikan sebagai bagian dari kebudayaan asli. Hingga kini, representasi nenek moyang ini menandakan bangsa yang saling menghargai, kokoh, ramah, dan tulus dalam menyambut tamu. Hal ini menggambarkan esensi saling menghormati antar manusia dan wujud syukur terhadap Tuhan sang pencipta. Tari Gending Sriwijaya
Pola Lantai Seni Tari - Pernahkah kamu memperhatikan sebuah pertunjukan tari? Atau mungkin kamu pernah ikut latihan menari di sanggar atau di sekolah? Pada beberapa tarian, terutama tari kelompok, para penari membentuk posisi tertentu dalam tarian. Ada sebuah tari yang jika diamati, posisi penari membuat bentuk atau formasi tertentu. Bentuk atau formasi tertentu yang dibuat penari dalam sebuah tari dinamakan pola lantai. Tahukah kamu apa yang dimaksud dengan pola lantai? Pola lantai adalah garis-garis di lantai yang dilalui oleh penari dari perpindahan tempat satu ke tempat lain pada saat melakukan gerak tari. Fungsi Pola lantai adalah untuk menata gerakan tarian, menciptakan kekompakan antar anggota penari, serta membentuk komposisi dalam pertunjukan tari sehingga menjadikan tarian yang disajikan menjadi lebih indah dan menarik ketika ditonton. Pada saat menari, penari kadang bergerak ke kiri, ke kanan, maju, mundur, atau bergerak membentuk lingkaran. Jika digambarkan, seolah-olah ada satu garis imajiner yang dilalui penari selama menyajikan satu tarian. Garis imajiner yang dilalui oleh penari saat melakukan gerak tari disebut pola lantai. Pola lantai disebut juga garis imajiner yang dibuat oleh formasi penari kelompok. Garis imajiner juga dapat digambarkan dengan melihat formasi para penari dalam memperagakan tarian. Para penari dapat membentuk formasi garis lurus, lengkung, segitiga, atau lingkaran. Bentuk formasi garis dapat berubah-ubah selama penari menampilkan sebuah tarian. Pola lantai merupakan garis yang dilalui penari pada saat melakukan gerak tari. Pola lantai ini dilakukan baik oleh penari tunggal, berpasangan, atau penari kelompok. Dalam tarian, terdapat dua pola garis dasar pada lantai, yaitu garis lurus dan lengkung. Pola garis lurus terdiri atas pola lantai horizontal, vertikal, dan diagonal. Pengembangan pola lantai lurus dapat berupa pola lantai zig-zag, segitiga, segi empat, dan segi lima. Selain garis lurus, terdapat juga pola garis lengkung. Pola ini pun dapat dikembangkan menjadi berbagai pola lantai. Pola lantai itu antara lain berupa lingkaran, angka delapan, garis lengkung ke depan, dan garis lengkung ke belakang. Jenis-Jenis Pola Garis Dasar Pada Lantai Dalam Sebuah Tarian Pada dasarnya, ada dua jenis pola garis dasar pada lantai, yaitu garis lurus dan garis lengkung. Garis lurus memberikan kesan sederhana tetapi kuat. Sedangkan garis lengkung memberikan kesan lembut tetapi lemah. Pola Lantai Vertikal Lurus Ciri pola lantai vertikal lurus adalah penari membentuk garis vertikal, yaitu garis lurus dari depan ke belakang atau sebaliknya. Pola lantai ini banyak digunakan pada tari klasik. Pola lurus memberi kesan sederhana tetapi kuat. Berikut gambar pola lantai vertikal. Beberapa tarian daerah yang menggunakan pola lantai vertikal adalah tari yospan dari papua, tari serimpi dari jawa tengah, tari baris cengkedan dari bali. Pola Lantai Diagonal Pada pola lantai diagonal, penari berbaris membentuk garis menyudut ke kanan atau ke kiri. Berikut gambar pola lantai diagonal. Contoh tarian daerah yang menggunakan pola lantai diagonal adalah tari gending sriwijaya dari sumatera selatan, tari sekapur sirih dari jambi, dan tari pendet dari bali. Pola Lantai Garis Melengkung Pada pola lantai garis melengkung, penari membentuk garis lingkaran, pola lantai lengkung ular, dan pola lantai angka delapan. Tari rakyat dan tari tradisional banyak menggunakan pola ini. Pola lantai ini memberi kesan lemah dan lembut. Berikut contoh pola lantai garis melengkung. Tari ma'badong toraja sulawesi utara, tari randai sumatera barat merupakan contoh tarian yang menggunakan pola lantai garis melengkung. Macam-Macam Pola Lantai Pada Tarian Daerah Dengan adanya berbagai macam bentuk tarian, bentuk pola lantainya pun berbeda-beda. Bentuk pola lantai tarian yang satu berbeda dengan tarian yang lain. Selain bentuknya yang berbeda, terdapat pola lantai yang mempunyai maksud dan ada juga yang tidak memiliki makna. Pola lantai yang mempunyai maksud lebih banyak ada dalam tari-tarian klasik yang terdapat di keraton Surakarta dan Yogyakarta. Namun demikian, tidak menutup kemungkinan jika pola lantai dalam tari kreasi baru dan tari rakyat juga mempunyai maksud. Pola Lantai Tari Jaran Kepang Tari Jaran Kepang berasal dari Yogyakarta. Tari Jaran Kepang berdasarkan bentuk koreografi termasuk dalam jenis tari rakyat. Tari Jaran Kepang mempunyai pola lantai gabungan antara pola lantai lurus dan lengkung yang sederhana. Pola lantai yang digunakan pada tari ini antara lain pola melingkar, garis lurus ke depan, dan garis horizontal. Pola lantai pada Tari Jaran Kepang tidak memiliki makna tertentu. Pola lantai dibuat untuk formasi penari. Pola Lantai Tari Bedhaya Semang Tari Bedhaya Semang juga berasal dari Yogyakarta. Tari Bedhaya termasuk dalam jenis tari klasik. Tari klasik ini mempunyai pola lantai yang sudah tertentu dan mempunyai makna tertentu. Pola lantai yang digunakan pada tari ini pun memiliki nama tertentu, seperti gawang jejer wayang, gawang tiga-tiga,gawang perang, dan gawang kalajengking. Ada satu pola lantai pada Tari Bedhaya yang dikenal dengan nama rakit lajur. Pola lantai rakit lajur bermaksud menggambarkan lima unsur yang ada pada diri manusia, yaitu cahaya, rasa, sukma, nafsu, dan perilaku. Pola Lantai Tari Pendet dari Bali Tari Pendet merupakan salah satu tari tradisonal Bali yang sangat populer. Lahirnya tari Pendet berawal dari ritual sakral Odalan di Pura yang disebut dengan mamendet atau mendet. Mendet dimulai setelah pendeta Hindu mengumandangkan mantra dan setelah pementasan Topeng Sidakarya. Tari ini dipentaskan secara berpasangan atau secara masal dengan membawa perlengkapan, berupa bokor, sesajen, dan bunga. Pendet disepakati lahir pada tahun 1950. Tari Pendet ini masih tetap mengandung kesan sakral dan religius meskipun dipentaskan di sebuah acara yang tidak berhubungan dengan kegiatan keagamaan. Pada tahun 1961, I Wayan Beratha memodifikasi tari Pendet hingga menjadi tari Pendet yang sering kita saksikan sekarang. Beliau juga menambah penari Pendet menjadi lima orang. Setahun kemudian, I Wayan Beratha dan kawan-kawan menyajikan tarian Pendet massal yang ditarikan oleh 800 orang penari untuk ditampilkan di Jakarta dalam acara pembukaan Asian Games. Kemudian pada tahun 1967, koreografer tari Pendet Modern, I Wayan Rindi, mengajarkan dan meneruskan tarian Pendet kepada generasi muda. Selain Pendet, beliau juga mengajarkan dan melestarikan tari Bali lainnya kepada keluarganya maupun lingkungan di luar keluarganya. Tari Pendet menceritakan tentang dewi-dewi kahyangan yang turun ke bumi. Biasanya tari Pendet ini dibawakan secara berkelompok atau berpasangan oleh remaja putri. Para penari Pendet berbusana layaknya penari upacara keagamaan. Setiap penari akan membawa sesaji berupa bokor yang di dalamnya terdapat bunga warna-warni. Pada akhir tarian, bunga ini akan ditaburkan ke tamu undangan yang menyimbolkan penyambutan. Tari Pendet menggunakan pola lantai yang sangat sederhana dibandingkan pola lantai tarian bali lainnya. Tari Pendet hanya menggunakan pola lantai berbentuk huruf V diagonal, pola lantai lurus, dan pola menghadap ke samping kanan dan kiri. Seperti halnya tarian tradisional kebanyakan, pola lantai pada tari Pendet tidak memiliki makna khusus. Tidak seperti tari Bedhaya dari Yogyakarta yang memiliki makna di setiap pola lantai tariannya. Kamu mungkin dapat melihat bahwa pada tari daerah seperti tari Pendet menggunakan pola lantai tertentu pada tariannya. Pola lantai ini ada yang bermakna tertentu ada juga yang tidak. Tarian Bedhaya dari Jawa Tengah memiliki makna pada setiap pola lantai yang dibuat penari. Tetapi pada tari lainnya seperti tari Pendet, pola lantai tidak memiliki makna tertentu. Pola Lantai Tari Kecak Tari Kecak merupakan tarian adat Bali. Tari Kecak dimainkan oleh puluhan laki-laki yang duduk berbaris melingkar. Menyerukan kata “cak” dengan irama tertentu dengan kedua lengan diangkat. Gerakannya serempak dan kompak. Kekompakan gerakan dalam tarian Kecak mengandung ritual agama. Selain itu juga mencerminkan kebersamaan dan kerukunan. Kebersamaan dan kerukunan tidak hanya dalam tari Kecak. Akan tetapi, juga dalam kehidupan di keluarga, sekolah, masyarakat, dan bangsa. Kebersamaan dan kerukunan penting dalam mewujudkan persatuan dan kesatuan bangsa Indonesia. Gerakan pada Tarian Kecak duduk melingkar di tempat. Berdasarkan gerakan tari kecak tersebut, pola lantai tarian Kecak adalah pola lantai garis melengkung yang membentuk garis lingkaran. Pola Lantai Tari Saman Tari Saman merupakan tarian tradisional suku Gayo Lues, Nanggroe Aceh Darussalam yang diciptakan oleh seorang ulama terpandang, Syekh Saman di abad ke-14. Sebelum diakui sebagai warisan budaya dunia tak benda dunia oleh Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan PBB, Unesco. Pola lantai Tari Saman adalah Pola Horizontal yakni berupa pola dengan garis lurus mendatar ke samping. Pola ini disebutkan sebagai perlambang hubungan manusia dengan tuhan yang vertikal dan hubungan dengan sesama manusia yang horizontal. Pola Lantai Tari Indang Tari indang berasal dari daerah Minangkabau, Sumatra Barat. Tari Indang berasal dari kata Indang atau disebut juga Badindin. Tari indang biasanya ditampilkan secara berkelompok, sehingga diperlukan panggung yang luas. Pola lantai tari indang adalah horizontal lurus Penari berbaris membentuk garis lurus ke samping. Pola lantai tari Indang dilandasi nilai-nilai persatuan. Tari indang menyerupai tari Saman yang berasal dari Aceh. Pola lantai Tari Seudati dari Aceh Tari Seudati adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Aceh. Tarian ini biasanya ditarikan oleh sekelompok penari pria dengan gerakannya yang khas dan enerjik serta diiringi oleh lantunan syair dan suara hentakan para penari. Tari Seudati ini merupakan salah satu tarian tradisional yang cukup terkenal di daerah Aceh, dan sering ditampilkan di berbagai acara, baik acara adat, acara pertunjukan, dan acara budaya. Berikut pola lantai Tari Seudati dari Aceh. Berdasarkan gambar di atas dapat kita lihat bahwa pada tari Seudati terdapat pola lantai lurus, segi empat, pola berbentuk huruf U, pola zig zag, pola berbentuk huruf S, pola segi tiga, dan pola segi empat silang. Pola Lantai Tari Sekapur Sirih Tari Sekapur Sirih merupakan tarian selamat datang kepada tamu-tamu besar di Provinsi Jambi, Kepulauan Riau, dan Riau. Tarian ini juga terkenal di Malaysia sebagai tarian wajib kepada tamu besar. Keagungan dalam gerak yang lembut dan halus menyatu dengan iringan musik serta syair yang ditujukan bagi para tamu. Menyambut dengan hati yang putih muka yang jernih menunjukkan keramahtamahan bagi tetamu yang dihormati. Tari ini menggambarkan ungkapan rasa putih hati masyarakat dalam menyambut tamu. Sekapur Sirih biasanya ditarikan oleh 9 orang penari perempuan, dan 3 orang penari laki-laki, 1 orang yang bertugas membawa payung dan 2 orang pengawal. Propetri yang digunakan cerano/wadah yang berisikan lembaran daun sirih, payung, keris. Pakaian baju kurung /adat Jambi, iringan musik langgam melayu dengan alat musik yang terdiri dari biola, gambus, akordion, rebana, gong dan gendang. Formasi Tari Sekapur Sirih membentuk huruf V diagonal atau segitiga yang merupakan pengembangan dari pola lantai garis lurus. Pola Lantai Tari Piring Tari piring atau tari piriang dalam bahasa Minangkabau Sumatera Barat adalah tarian tradisional Minangkabau yang melibatkan atraksi piring. Para penari mengayunkan piring mengikuti gerakan-gerakan cepat yang teratur, tanpa terlepas dari genggaman tangan Gerakannya diambil dari langkah-langkah dalam silat Minangkabau atau silek. Secara tradisional, tari ini berasal dari Solok, Sumatra Barat dan secara umum menjadi simbol masyarakat Minangkabau. Pada awalnya, tari ini merupakan ritual ucapan rasa syukur masyarakat setempat kepada dewa-dewa setelah mendapatkan hasil panen yang melimpah ruah. Ritual dilakukan dengan membawa sesaji dalam bentuk makanan yang diletakkan di dalam piring sembari melangkah dengan gerakan yang dinamis. Setelah masuknya agama Islam ke Minangkabau, tradisi tari piring tidak lagi digunakan sebagai ritual ucapan rasa syukur kepada dewa-dewa. Akan tetapi, tari tersebut digunakan sebagai sarana hiburan bagi masyarakat banyak yang ditampilkan pada acara-acara keramaian. Bentuk Pola lantai yang dipergunakan dalam tari piring adalah lingkaran besar dan kecil, berbaris, spiral, horizontal, dan vertikal serta penempatan level bawah, level sedang serta level atas ditambah dengan pembagian beberapa kelompok. Pola Lantai Tari Andun, Bengkulu Tari Andun adalah salah satu tarian rakyat yang berasal dari Bengkulu dan dilakukan pada saat pesta perkawinan. Biasanya dilakukan oleh para bujang dan gadis secara berpasangan pada malam hari dengan diringi musik kolintang. Pada zaman dahulu, tari ini biasanya digunakan sebagai sarana mencari jodoh setelah selesai panen padi. Sebagai bentuk pelestariannya saat ini dilakukan sebagai salah satu sarana hiburan bagi masyarakat, khususnya bujang gadis. Tari Andun merupakan tarian yang ditampilkan oleh penari pria dan wanita. Tarian ini menggambarkan ungkapan rasa syukur dan kebahagian atas berkat yang didapatkan. Pola Lantai Tari Andun sendiri menggunakan pola lantai melingkar dimana para penarinya membentuk lingkaran yang bermakna agar orang yang di dalam lingkaran penari itu dapat saling mendoakan. Pola Lantai Tari Tandak, Riau Tari Tandak adalah salah satu tarian tradisional yang berasal dari daerah Riau dan Kepulauan Riau. Tarian ini tergolong tarian pergaulan yang biasanya ditampilkan oleh para penari pria dan penari wanita. Dengan berbusana tradisional melayu mereka menari dengan gerakannya yang khas dan diiringi oleh lagu dan alunan musik pengiring. Tari Tandak memiliki pola lantai campuran, antara lingkaran, lurus dan zig-zag, gerakan Tari Tandak diawalai dengan semua peserta tari membentuk sebuah lingkaran antara peserta satu dengan yang lain saling berpegangan pundak, gerakan di lanjutkan dengan melangkahkan kaki serta menghentakkannya ke lantai atau tanah. Pementasan Tari tandak biasanya di ikuti oleh seorang kepala ngejang yang berposisi berdiri di tengah-tengah peserta tari sambil memegang alat music yang terbuat dari bahan besi atau perunggu yang memiliki nama giring-giring, kepala ngejang bertugas memberikan irama pada gerak tari Tandak ini. Tari Tandak juga menjadi salah satu pergelaran seni tari yang bertujuan untuk saling mempertemukan kaum muda dan mudi, dan tak khayal banyak pasangan muda-mudi yang pada akhirnya menikah dan pertemuan mereka bermula dari menyaksikan atau menjadi peserta pementasan Tari Tandak ini. Tari Tandak juga juga memiliki makna sebuah ikatan yang terjalin antar sahabat-sahabat yang memiliki kampung berbeda,selain itu tari tandak juga memberikan kesan aman di sebuah kampung, semua peserta tari bebas memilih pasangannya masing-masing, karena tarian ini bersifat hiburan , sehingga tarian ini dapat di ikuti oleh semua kalangan, baik tua muda bahkan anak-anak. Tari Tandak biasanya di tampilkan secara berpasangan antara penari pria dan wanita, penari bisa terdiri dari lima pasang atau lebih, busana yang di kenakan pun merupakan busana khas melayu, penari melakukan gerakan tari ini sambil di iringi musik pengiring yang khas serta lantunan syair pantun yang saling berbalas. Pola Lantai Tari Tambun dan Bungai, Kalimantan Tengah Tari tambun dan Bungai memiliki pola lantai campuran antara garis lurus horizontal dan zig zag. Tari tambun dan Bungai merupakan tarian tradisional yang berasal dari daerah Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Tarian ini mengisahkan kepahlawanan Tambun dan Bungai dalam mengusir musuh yang akan merampas hasil panen dari rakyat. Tambun dan Bungai adalah seorang saudara dari ayah mereka yang merupakan adik-kakak. Keduanya memiliki karakter serta sifat yang sama. Mereka juga memiliki watak yang cerdas, peramah, lemah lembut, suka menolong sesama, sedikit menerima banyak memberi, bijaksana, cepat kaki ringan tangan, dan juga pantang menyerah untuk membela kebenaran. Salah satu peristiwa penting yang menjadikan Tambun dan Bungai sebagai pejuang dari Kalimantan Tengah adalah mereka selalu menang didalam pertempuran melawan musuh yang akan merampas tanah dan juga panen masyarakat setempat. Atas perjuangan Tambun dan Bungai, banyak orang yang menciptakan kebudayaan untuk mengenangnya, salah satunya ialah Tarian Tambun dan Bungai. Demikianlah Artikel yang Berjudul Macam-Macam Pola Lantai Dalam Seni Tari Terima kasih sudah membaca artikel ini, semoga informasi tentang pola lantai ini dapat memberikan manfaat bagi pembaca di manapun berada. Artikel yang sedang anda baca ini berjudul Macam-Macam Pola Lantai Dalam Seni Tari dengan alamat link
gambar pola lantai tari gending sriwijaya